Cerita dan Cita di balik Hobi
“What we do during our working hours determines what we have; what we do in our leisure hours determines what we are. –George Eastman
Minggu-minggu ini saya banyak memeriksa surat lamaran kerja. Memang, saya baru memasang iklan lowongan di beberapa pilihan kanal–digital maupun cetak.
Semua wajar-wajar saja. Data diri, riwayat pendidikan, hingga pengalaman kerja tersedia. Hanya satu hal yang menarik, tidak semua mencantumkan kegemaran atau hobi. Dan ini cukup menggelitik.
Begini, hobi menceritakan begitu banyak tentang diri kita–personal maupun profesional. Dipandang sebagai rekreasi (leisure), hobi tidak lain hanyalah pelarian dari tuntutan kerja sehari-hari; tetapi sebagai rekreasi produktif (productive leisure), hobi dapat mengungkapkan makna yang lebih dalam akan karakter dan etos kerja seseorang. Dalam bukunya, Hobbies1, Steven Gelber bahkan menunjukkan bahwa hobi dikembangkan sebagai aktivitas waktu luang yang dihargai secara sosial pada abad kesembilan belas karena mereka menjembatani dunia kerja dan rumah. Tidak berlebihan jika kita melihat hobi menunjukkan sisi personal kita.
Bela diri begitu istimewa, ia menjanjikan rasa takut yang nyata dan dapat ditaklukan. _Online Games _begitu mempesona, ia menyediakan kuasa dalam balutan suasana. Buku begitu menyihir, ia memberi guru yang tak pernah cemburu.
Dan disini kita melihat hubungan yang kuat antara hobi, konsumerisme dan penguatan jati diri. Saya ingin tinggal di kastil mewah, online games memberikan kuasa tersebut. Saya pengambil inisiatif dan tantangan, sedikit bekas memar karate atau capoeira2 terasa memuaskan.
Dalam kerangka sikap yang positif dan tidak berlebihan, saya percaya hobi menunjukkan penggunaan waktu luang produktif sebagai bentuk penguatan jati diri dan cita-cita hidup.
Hobi adalah manifestasi identitas diri. Tidak rugi jika kita mengambil sedikit waktu berpikir, ada apa dibalik cerita dan cita hobi sendiri.
Salam,
WDP