Pahit, tapi Legit

Long Distance Relationship. Sulit? Memang. Perbedaan zona waktu yang ekstrem; merasa sendiri; dan semua miskomunikasi serta adu argumen itu.

Pengalaman pertama saya terjadi hampir tiga tahun lalu. Selama enam bulan kami terpisah benua—20 jam perjalanan. Segera setelah muncul kesempatan, kami putuskan untuk menikah hhe. LDR tidaklah menyenangkan. Tapi kami sepakat hal itu menguatkan hubungan kami.

Kali ini semua terulang, telah tiga bulan berjalan kami terpisah dengan jarak yang lebih jauh lagi.

Isu kesetiaan sejak dulu, Alhamdulillah, tidak menjadi masalah bagi kami. Sejalan dengan pernikahan kami, perbedaan pendapat pun mampu diselesaikan dengan lebih terbuka dibandingkan keributan yang dibuat tiga tahun lalu 😛

Kamu tahu apa yang paling sulit dari LDR? Tidak ada di sampingnya saat dibutuhkan.

Setiap kita pasti pernah mengalami masa-masa terendah. Terlebih istri saya berangkat berdua saja dengan anak dibawah tekanan akademik dan lingkungan asing. Berat rasanya tidak bisa berada ‘disana’ untuk bergandengan tangan langsung menghadapi setiap masalah. Ditambah, kesibukan yang berbeda pun menjadi kerepotan tersendiri dikala ia benar-benar membutuhkan.

Oh satu lagi, kerinduan pada anak–(yang ini berat luar biasa!)

Tapi kembali, LDR menguatkan sebuah hubungan.

Di antara romantika dan canda yang hadir dalam setiap komunikasi kami, terselip ingatan akan sebuah niat dan keteguhan. Bahwa Cinta sejatinya bukan tentang saling menatap mata, tapi tentang menatap satu tujuan mulia yang sama, bersama-sama.

Ia berangkat agar menjadi wanita dan ibu yang cerdas, tangguh dan bersinar di mata anaknya. Sedangkan saya disini berjuang untuk menjadi seorang pria yang pantas menjadi teladan mereka. Semua demi membangun sebuah keluarga unggulan peradaban.

Soal kesulitan, kesedihan dan kerikil di perjalanan, kami serahkan pada Allah SWT, Tuhan semesta alam.

Ya, LDR itu sulit. Tetapi jika dilakukan dengan pasangan dan niat yang tepat, itu tidaklah terlalu buruk. Bahkan, mengajarkan saya banyak hal tentang diri sendiri, hal-hal yang mungkin tidak pernah saya ketahui dalam keadaan lain.

Selanjutnya, setiap saat kami hanya berdoa…

Ya Tuhan, anugerahkanlah kami ketenangan untuk menerima hal-hal yang tak dapat kami ubah. Keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kami ubah. Dan Kebajikan untuk memahami perbedaannya.

Salam,

@wdputro