Ketika Semua Ribut

Anakku tersayang,
Akhir-akhir ini dunia sedang ribut. Arusnya membelit setiap orang yang tak berhati-hati, termasuk ayah. Wejangan ini ayah tuliskan, karena lima atau sepuluh tahun lagi, belitan itu akan semakin kuat. Dan ayah sangat berharap kamu bisa menghadapinya jauh lebih baik dari ayah saat ini.
Selalu ingatlah mantra-mantra ini:
Bercita-citalah setinggi langit.
Makna hidupmu ditentukan dari kualitas kebergunaanmu bagi orang lain. Kualitas itu ditentukan dari tingkat usahamu. Dan engkau tidak akan pernah benar-benar berusaha, kecuali usaha itu sejalan dengan cita-citamu.
Cita-cita ini sebuah indikator. Pertama, dia menentukan siapa dirimu. Apakah tipe narsis yang dunianya berputar di dirinya, tipe sosialis yang membakar habis energi hidupnya atau seperti dirimu yang menyeimbangkan keduanya. 🙂
Kedua, cita-cita ini menentukan pertempuran mana yang kamu ambil. Pak Habibie mengabaikan isu panas politik saat itu dan berkonsentrasi pada teknologi. Beberapa dekade kemudian mengangkat martabat bangsa dengan industri dirgantara Indonesia.
Tapi ada lagi nak, namanya Pak Amien Rais. Beliau malah terjun langsung di isu politik saat itu, dan di kemudian hari banyak yang menyematkan julukan “Bapak Reformasi” kepadanya.
Setiap orang punya peran, dan peran itu ditentukan oleh cita-citamu sendiri–bukan trending topic twitter. Ingat itu!
Selalu Miliki Agenda.
Apa yang ingin kamu capai? Dan, seberapa banyak kah yang dikatakan cukup?
Kamu perlu menjawab itu sebelum, dan bukan ketika, membuka laman facebook.
Diamlah; kecuali engkau betul-betul mengerti–termasuk di media sosial.
Ada satu pengecualian, kalau kamu mau mencairkan suasana. Cuma ya nak, pastikan kalau semua yang dengar itu paham kamu lagi bercanda!
Karena baper itu virus yang berbahaya…
Jawab ini sebelum bertindak: \(\frac{2\pi}{3.14}\times\sqrt{2}\times\frac{\ln(e)}{sin(45)}\)
Bayangkan sebuah bandul. Semakin dia bergerak menjauhi titik tengah, semakin cepat pula dia saat kembali. Bandul itu adalah kita. Terkadang kita luar biasa senang, di lain saat kita teramat sedih. Apapun yang kamu lakukan ketika itu, seringkali balik menyerang dirimu sendiri. Sudah banyak yang ‘hanya’ menulis atau membagikan tautan berita malah masuk penjara, bahkan kehilangan kawan baik karena sumpah-serapah penatnya.
Jadi, pastikan bandul itu sedang berada di tengah. Bagaimana caranya ? Hirup napas yang dalam dan selesaikan formula diatas!
Pastikan konteksmu manusia dan bukan berita.
Bukan. Tulisan ini bukan memintamu tutup mata dengan keadaan sekitar.
Tapi nak, ayah ingin kamu meilihat dalam. Telisik lah siapa yang menulis atau menyebarkan berita, sebelum menimbang. Ayah lebih senang kamu bisa meraba emosi mereka, klik message ketimbang comment, lalu ngobrol ngalor-ngidul ketawa-ketiwi.
Seringkali, yang dibutuhkan manusia hanyalah teman ngobrol, bukan rekan kelahi.
Cuci piringmu segera setelah makan.
Terdengar remeh, tapi ini mengajarkan banyak hal–diantaranya inisiatif dan kerja tuntas. Seandainya kamu terapkan pola pikir ini ke semua pekerjaanmu, maka 80% hal-hal tidak berguna di luar cita-citamu akan lepas dengan sendirinya, sesederhana karena kamu tidak punya cukup waktu untuk itu semua.
Yang membedakan kesuksesan orang-orang adalah kedisiplinan mereka pada hal kecil. Ayah belajar ini dari bundamu, jadi percayalah!
Hanya dengan mengingat Tuhanlah, hatimu dapat menjadi tenang.
Jangan hanya dibaca kitab sucimu itu nak, tapi mengerti dan amalkan. Tuhan tidak memintamu menghapalnya, tapi mengamalkan dan mengkajinya.
*omong-omong ayah akan sangat bahagia kalau kamu menghapalnya 😉
Sekali lagi nak, ketika semua ribut… Tetapkanlah maknamu dan teguhlah menjalaninya.
Ayah,
